Mengenal Lebih Dekat  Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor

Senin, 20 Maret 2023 | 15:51:10 WIB
Dok. Transportasi Indonesia

 

Transportasi.co | Ban menjadi salah satu bagian penting bagi kendaraan. Dapat dibayangkan jika ban mengakami gangguan akan berakibat terganggunya laju kendaraan bermotor, seperti mobil atau sepeda motor. Tentu saja perkembangan ban mengikuti, teknologi dan inovasi dari lajunya pengembangan teknologi alat transportasi.

Saat ini sudah banyak dikembangkan beragam jenis ban sesuai dengan fungsi dan kebutuhan dari kendaraan. Akan tetapi, sering kita mengabaikan sisi penelitian dari bahan baku pembuatan ban, yaitu karet. Penelitian karet diperlukan guna menjamin keandalan dan kualitas ban kendaraan bermotor.

Sedangkan kegunaan karet untuk sektor transportasi, tidak hanya terbats pada ban kendaraan, tetapi telah berkembang menjadi produk campuran modifikasi asphalt untuk jalan, bantalan jembatan agar tahan guncangan, dan fungsi lainnya sebagai komponen di kendaraan bermotor.

Pengembangan produk berbasis ban tidak terlepas dari kehadiran dan eksistensi lembaga penelitian perkaretan. Di Indonesia keberadaan lembaga penelitian karet sudah hadir sejak masa kolonial Belanda, yaitu Balai Penelitian Teknologi Karet, Pusat Penelitian Karet, Bogor.

Pengembangan lembaga penelitian karet diawali dari pembentukan Buitenzorg Botanic Garden di Bogor, Jawa Barat pada tahun 1890-an, yang mulai melakukan penelitian tanaman perkebunan antara lain teh, kopi, tembakau dan karet.

 

Ketua Dewan Karet Indonesia Aziz Pane, mengatakan, pemerintah harus menjadikan industri karet sebagai prioritas nasional. “Untuk memaksimalkannya, pemerintah mengembangkan industri hulu hingga hilir guna memaksimalkan konsumsi karet alam dalam negeri. Penggunaan karet sebagai pelapis jalan, segel, bantalan jembatan, dan sebagainya,” ujar Aziz, dalam acara kunjungan Dewan Karet Indonesia dan Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) ke Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor, Rabu (15/3/2023).

 

Dia menambahkan, Dewan Karet Indonesia meminta pemerintah memberlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk olahan karet impor guna menunjang keberhasilan program hilirisasi komoditas karet. “Kita salah satu produsen karet dunia, maka wajar jika memberlakukan standar tinggi untuk produk olahan karet. Hal ini untuk mendorong hilirisasi karet alam di dalam negeri serta melindungi pasar dari produk karet olahan berkualitas rendah,” imbuh Aziz, yang juga menjabat Ketua APBI.
 

 

Inovasi Bagi Transportasi

 

Dalam kesempatan yang sama, M Irfan Fathurrohman, Kepala Kelompok Peneliti, Balai Penelitian Karet Bogor, mengatakan, pemerintah Belanda pada tahun 1941 juga membentuk lembaga penelitian karet alam yang disebut dengan “Nederlands Indische Instituut voor Rubber Onderzoek” stichting (NIRO Stichting). “Pada tahun 1948, lembaga tersebut diubah menjadi “Indonesisch Instituut vor Rubbber Onderzoek” stichting (INIRO Stichting),” ucap Ifran.

 

Seiring berjalannya waktu, lanjut dia, Badan Litbang Pertanian membentuk Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I) untuk mengkoordinir lembaga litbang perkebunan di Indonesia pada 1987. “Pada 1992, AP3I mendirikan Lembaga Penelitian Karet Indonesia (IRRI) yang diberi mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas karet. BPP Bogor menjadi Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) Bogor. Sedangkan Getas Research Institute menjadi Getas Research Center. Keduanya merupakan unit dalam lingkup IRRI,” jelas dia.

 

Ifran menambahkan, di 2003 terjadi reorganisasi di IRRI yang semula berada di Sungei Putih dipindahkan ke Tanjung Morawa Sumatera Utara. IRRI memiliki 4 Unit, Sungei Putih RC, Sembawa RC, Getas RC, dan BPTK. “Pada 2011, transformasi terjadi dalam struktur organisasi IRRI, kantor pusat IRRI direlokasi dari Tanjung Morawa ke Bogor Jawa Barat. Konsekuensinya, BPTK diubah menjadi Divisi Pasca Panen IRRI. Getas RC tetap menjadi Satuan IRR,” ungkap dia.

 

Selanjutnya, pada 2019 Kantor Pusat IRRI dipindahkan dari Bogor Jawa Barat ke Sembawa Banyuasin Sumatera Selatan. Divisi Pasca Panen IRRI dikembalikan ke Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) Bogor dan RC Getas menjadi Unit Penelitian. “Di 2021, untuk mengoptimalkan kinerja unit-unit di Lingkup IRRI, BPTK dan Getas RC digabung menjadi Unit Riset Bogor Getas,” imbuh Irfan.

 

Balai Penelitian Teknologi Karet, Bogor telah melakukan berbagai inovasi dan penelitian produk di sektor transportasi, yaitu Serbuk karet untuk modifier aspal; Karet tahan gempa; Karet bantalan jembatan; Telapak solid tyre untuk forklift; Kompon karet cushion gum untuk perekat ban vulkanisir; dan Kompon karet untuk telapak ban ramah lingkungan. (*)

 

 

 

 

 

 

Terkini